Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti: Ibu-ibu Lebih Banyak Bahas Kelangkaan Minyak Goreng di Media Sosial

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan, dari analisa big data yang digunakan DPD RI, menyebut percakapan tentang Pemilu 2024 tak sebesar percakapan ibu-ibu dan masyarakat umum soal kelangkaan minyak goreng, gula pasir dan komoditas kebutuhan rumah tangga lainnya.

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti: Ibu-ibu Lebih Banyak Bahas Kelangkaan Minyak Goreng di Media Sosial
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan, dari analisa big data yang digunakan DPD RI, menyebut percakapan tentang Pemilu 2024 tak sebesar percakapan ibu-ibu dan masyarakat umum soal kelangkaan minyak goreng, gula pasir dan komoditas kebutuhan rumah tangga lainnya.

KLIKCERDAS.COM, JAKARTA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan, dari analisa big data yang digunakan DPD RI, menyebut percakapan tentang Pemilu 2024 tak sebesar percakapan ibu-ibu dan masyarakat umum soal kelangkaan minyak goreng, gula pasir dan komoditas kebutuhan rumah tangga lainnya.

“Justru dari big data terlihat jika masyarakat lebih menitikberatkan perhatian mereka pada kelangkaan dan antrian ibu-ibu saat membeli minyak goreng. Dari big data tersebut percakapan tentang minyak goreng yang hilang dari pasaran mencapai 3.272.780 percakapan,” ungkap LaNyalla, Minggu (13/3/2022), mematahkan klaim Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan sekitar 110 juta pengguna media sosial membahas wacana penundaan Pemilu 2024 dan aktif membicarakan wacana perpanjangan masa jabatan Presiden. 

Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, klaim yang dilakukan Luhut amat berlebihan. 

“Pendapat tersebut tidak dapat dibenarkan. Berdasarkan analisa big data yang kami miliki, percakapan tentang Pemilu 2024 di platform paling besar di Indonesia yaitu Instagram, YouTube dan TikTok tidak sampai 1 juta orang," kata LaNyalla.

Dipaparkan LaNyalla, jumlah pasti akun yang terlibat dalam percakapan wacana tersebut sebanyak 693.289 percakapan. Jumlah itu terbagi atas 87 ribu percakapan di YouTube, 134 ribu percakapan di Instagram dan 454 ribu di TikTok.

"Media sosial paling ribut seperti Twitter, percakapan tentang pemilu hanya melibatkan 17 ribu akun unik," jelas LaNyalla. 

Dari data-data itu, LaNyalla meyakini jika pendapat Menko Luhut Pandjaitan bahwa ada 110 juta pengguna media sosial membicarakan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan Presiden tidak kredibel.

LaNyalla juga membocorkan, jika sentimen negatif pemberitaan tentang penundaan Pemilu 2024 cenderung meningkat. 

“Hingga Jumat, 11/3/2022 sore, kecenderungan sentimen negatif terhadap wacana ini meningkat. Skornya sudah melebihi 50 persen jika dibandingkan pada skor sentimen pada Februari 2022. Termasuk adanya peningkatan emosi anger (marah) sebesar 8 persen," tutup LaNyalla. (sri)