Johan Mahasiswa Faperta UIR Jalani Exchange Student di Saga University Jepang

Johan, mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Riau (UIR) menjalani Exchange Student di Saga University Jepang selama enam bulan.

Johan Mahasiswa Faperta UIR Jalani Exchange Student di Saga University Jepang
Johan, mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Riau (UIR) menjalani Exchange Student di Saga University Jepang selama enam bulan.

KLIKCERDAS.COM, PEKANBARU - Johan, mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Riau (UIR) menjalani Exchange Student di Saga University Jepang selama enam bulan.

Johan berada di Jepang setelah melewati proses yang cukup panjang untuk bisa berangkat Student Exchange ke Saga University. Johan merefleksikan rasa syukurnya karena bisa belajar tanpa harus memikirkan biaya hidup setiap bulan. Semua biaya hidup selama setahun dibiayai full oleh pemerintah Jepang (JASSO SCHOLARSHIP).

Kegiatan Johan selama di Saga University terdiri dari 3 bagian kegiatan yaitu di kelas, lab dan kehidupan sosial di luar kampus. Ia menyebut perlu mengambil berbagai courses dan sebuah proyek Independent study selama disana. Saat ini Johan mengikuti program SPACE-E (Saga University Program for Academic Exchange) dimana Bahasa inggris digunakan sebagai Bahasa pengantar.

Setiap semester mahasiswa Exchange diwajibkan mengambil minimal 10 credit (sks), sudah termasuk dalam kelas Nihongo (Bahasa Jepang). Sedangkan untuk periode Fall 2022 hanya Johan yang menjadi perwakilan dari Indonesia.

Johan bercerita SPACE terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu SPACE-Econ, SPACE-Arita dan General Exchange student, dimana setiap program memiliki keunikan tersendiri, seperti Bahasa pengantar yang digunakan di kelas ialah Bahasa Jepang ; hanya khusus belajar tentang keramik dan porselin di Saga (Salah satu yang terkenal di Saga ialah produksi porselinnya se Jepang); dan khusus untuk mahasiswa riset.

Hal menarik di kelas Nihongo yang belajar di kelas tersebut bukan hanya mahasiswa pertukaran pelajar, tetapi mahasiswa S2 dan S3 yang ingin belajar Bahasa Jepang, penempatannya disesuaikan dengan level Nihongo setiap mahasiswa. Suasana di dalam kelas sangat diverse, karena bisa berteman dengan mahasiswa dengan jenjang Pendidikan yang berbeda dan dari negara yang berbeda-beda.

Dua kelas lain yang Johan ambil yaitu Introduction to Agriculture A dan Jappanese Affair. Terdapat  4 sensei (dosen) yang mengajar secara bergantian di kelas tersebut dengan spesialisasi yang berbeda, Konsep Merdeka Belajar slogan dari program MBKM di Indonesia sangat bisa di rasakan, walaupun jurusan Johan masih di lingkup pertanian (Akuakultur).

“Belajar tentang pertanian di Jepang ialah hal yang menarik dan pertama bagi saya, mulai dari pengenalan produksi tumbuhan pangan dan non pangan di Jepang, penyakit yang menyertai dan sosiologi dari pertanian itu sendiri. Setiap dosen, membawa para mahasiswa ke labnya sendiri untuk melihat penelitian yang sedang mereka lakukan, dan apabila beruntung saat buah/tanaman produksi senseinya sudah matang kita akan diberi secara percuma. Waktu itu kami dapat pepaya dan jeruk, yang mana harga dari masing-masing buah tersebut cukup mahal di sini, sekitar 50 rb (1 buah) dan 40 rb (jeruk setengah kg), tentunya kami yang masih berstatus sebagai mahasiswa kos di sini sangat bahagia mendapat hal tersebut, mengingat Jepang sendiri adalah negara maju yang mana biaya hidup di sini tinggi,” jelas Johan.

Sedangkan Japanese Affair merupakan kelas yang menawarkan pengenalan budaya dan kehidupan di Jepang secara langsung, ada presentasi di kelas dari masing masing mahasiswa dengan topik pengenalan budaya (dengan topik khusus), dan  field trip.

Johan berkesempatan secara langsung berinteraksi dengan siswa SMP di area Saga dan mengetahui kehidupan sekolah. Selain itu, ia juga melakukan kunjungan ke salah satu kota di Saga yang terkenal dengan produksi Porseline/keramik se-Jepang, berbincang dengan warga lokal, menyusuri kota dengan berjalan kaki, mengunjungi museum khusus keramik dan membuat design keramik.

Di lab program SPACE mewajibkan mahasiswanya mengambil studi independent bersama supervisor yang sudah dipilihnya, mahasiswa tersebut akan melakukan sebuah riset di lab sensei/supervisor sesuai dengan spesialisasi. Sedangkan Johan mengambil studi independent di departemen Biological and environmental science/ Food resources environment science course yang fokus penelitiannya tentang efek dari makanan fermentasi di Jepang terhadap bakteri usus.

Johan juga bergabung dengan para mahasiswa bimbingan sensei di lab, sehingga diberikan area (meja) untuk belajar. Karena mengambil studi independent ini, Johan jadi mengetahui sedikit tentang sistem kuliah di Jepang, para mahasiswa yang sudah masuk tahun ke 2,3 dan 4, serta akan masuk ke dalam lab yang mereka pilih dan melakukan penelitian di lab tersebut, terdapat juga  seminar dan progress report yang akan dibawakan setiap mahasiswa dalam 1 x seminggu. Karena jadwalnya yang intense, sangat jarang ada mahasiswa yang tidak lulus dalam waktu 4 tahun.

Dirinya juga mendapatkan giliran karena sensei tidak membedakan para mahasiswanya, walaupun ia adalah mahasiswa pertukaran pelajar. Presentasi dilakukan dengan Bahasa inggris dan Nihongo. Melalui ruang belajar yang diberikan, para mahasiswa bimbingan sensei bisa menggunakan fasilitas lab, Johan diberi 1 komputer agar bisa menyelasikan tugas tugas kuliah.

Selain berkuliah di kampus, Johan juga bergabung di PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) komsat Saga dan melakukan arubaito (kerja part time). Sesekali Johan juga mengikuti kegiatan masyarakat di wilayah Saga, salah satunya ikut festival Saga Baloon (terbesar di Jepang). (sri)